THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 11 November 2011

Kegawat daruratan jantung.

1. Takiaritmia / SVT
Supraventrikular Takiaritmia terjadi karena adanya faktor reentri impuls pada SA node / atrium. Tekan karotid & manuver valsava dapat memperlambat denyut jantung.
SVT dapat diketahui dengan perubahan gelombang P:
g 50 % terjadi gel. P menghilang & terbenam dalam QRS atau retrograde gelombang.
g 10 – 30 % terjadi anterograde atau polimorf gel. P, reentri pada AV node.
g 5 – 10 % terdapat reentri SA node yaitu intra arterial reentri yang ditandai dengan gelombang p anterograde.

g Sisanya adalah intra aterial reentri ditandai dengan bifasik gelombang P.
2. Fibrilasi ventrikuler.
Adalah sebagian depolarisasi ventrikel yang tidak efektif, cepat, tak teratur. Ini terjadi karena iskemik, infark miokard, manipulasi kateter dan karena sengatan listrik. Disritmia ventrikel merupakan permulaan dari fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel ditandai dengan perpanjangan interval Q – T dan HR 150 – 2000 X / menit atau bahkan lebih. Fibrilasi ventrikel merupakan penyebab kematian tiba-tiba bila resusitasi tidak dilakukan segera.
3. Flutter.
Sering dikenal dengan flutter arterial karena flutter ventrikel biasanya mengikuti setengahnya seperti perbandingan 2 : 1. 3 : 1 & 4 : 1. Flutter merupakan irama ektopik atrium cepat dengan frekuensi 250 – 350 X / menit. Frekuensi cepat menimbulkan gelombang EKG seperti gigi gergaji atau picket fence. Gelombang flutter secara parsial tersembunyi didalam QRS atau gelombang T. penyebab flutter adalah jantung koroner, cor-pulmonarle dan jantung reumatik. Jika frekuensi ventrikel cepat, dilakukan masase sinus karotid (stimulasi / manuver vagal) yang akan meningkatkan derajat block AV.
4. Fibrilasi aterial.
Sebagai gangguan irama ektopik atrium yang cepat dengan frekuensi atrium 400 – 650 X / menit. Respon ventrikuler biasanya 140 – 170 X / menit atau tergantung kondisi AV junction. Penyebabnya adalah CHF, RHD, Post op jantung terbuka dengan kelainan paru, penyakit otot atrium dan distensi atrium dengan penyakit nodus sinus. Fibrilasi menyebabkan CO berkurang dimana HR cepat mengakibatkan berkurangnya pengisian ventrikel dan hilangnya efektifitas kontraksi atrium.
5. AV Block derajat 1 sampai 3
Heart block merupakan suatu keadaan gangguan konduksi di AV node dan interval PR adalah waktu yang dibutuhkan oleh impuls listrik untuk menjalar dari atrium ke AV node – bundle his – cabang ventrikel. Interval PR normal berkisar (0,12 – 0,20 detik).
g AV Block derajat 1
Terjadi perpanjangan interval PR yaitu > 0,20 detik sampai 0,24 detik, tetapi setiap gelombang P masih diikuti kompleks QRS. Gangguan terjadi pada konduksi proksimal bundle his yang disebabkan oleh intoksikasi digitalis, peradangan, degenerasi dan variasi normal.
Biasanya tidak membutuhkan terapi apa-apa.
g AV Block derajat 2
Dibagi dalam 2 type yaitu :
a. Mobitz type 1 ( wenckebach block)
Wenckebach block merupakan perpanjangan interval PR yang progresif kegagalan impuls yang intermiten sehingga impuls tidak dapat sampai ventrikel akhirnya kompleks QRS tidak muncul. Mobitz type 1 ini terjadi karena blokade impuls di proksimal bundle his oleh karena penekanan vagal reflek, digitalis dan iskemik miokard sampai gangguan haemodinamik.
b. Mobitz type 2
Yaitu merupakan berkurangnya denyut ventrikel (dropped beat) tetapi interval PR tetap sama. Kekurangan denyut ventrikel bisa tidak teratur dan blokade terjadi pada distal bundel his. Penyebabnya adalah IMA, miokarditis dan degeneratif. Mobitz type 2 sering menimbulkan serangan sinkope dan membutuhkan pemasangan pace maker.
g AV Block derajat 3
Ini adalah bentuk blokade jantung yang komplit yaitu tidak adan impuls atrium yang mencapai ventrikel sehingga ventrikel berdenyut sendiri berasal dari nodus ventrikel sendiri. Gambaran EKG memperlihatkan gelombang P teratur dengan frekuensi 60 – 90 X / menit, sedangkan kompleks QRS mempunyai frekuensi 40 – 60 X / menit. Penyebabnya adalah degenerasi, IMA, peradangan, intoksikasi, infark sering terjadi sementara. Bila blokade menetap perlu pemasangan pace maker permanen. Type ini dapat menyebabkan sinkope, kelelahan, sesak dan angina pada orang tua karena gangguan haemodinamik.
Komponen Penangulangan Kegawatdaruratan.
1. Komponen luar RS (Pra RS) .
g Meliputi ketenagaan.
g Transportasi
g Komunikasi
2. Komponen dalam RS (Intra RS), meliputi:
g Melakukan resusitasi dan life support.
g Melakukan referal klien sesuai kondisi dan kemampuan.
g Penampungan dan penangulangan.
g Melakukan komunikasi.
g Menangulangi “True & False Emergency” baik medical / surgical.
Komponen pra rumah sakit.
A Dx. Keperawatan:
 CO menurun d.d. sinkope, sesak, kelelahan dan angina.Gangguan oksigenasi r/
Rencana Keperawatan:
Tujuan : Oksigenasi ke otak baik.
Kriteria :  Kesadaran komposmentisà
à Klien tidak gelisah.
à Dapat merespon dengan baik.
à Orientasi (place, person, time) baik.
Intervensi :
à Letakkan penderita terlentang dengan alas rata.
à Posisi kepala lebih rendah dari anggota badan.
à Segera cari bantuan : a. Mengamankan penderita.
c. hubungi ambulance 118
d. hubungi tim emergency RS terdekat.
e. Menertibkan masyarakat.
à Bila henti jantung dan napas dilakukan resusitasi.
à Pindahkan korban ke motor / ambulance, penderita tetap dalam keadaan rest.
à Pertahankan komunikasi dengan tim emergency (critical care) dengan menginformasikan keadaan penderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar